Jumat, 31 Oktober 2008

MATERI KE 1 SENI RUPA KELAS 8 FOR SPENSABAYA

SEJARAH SENI RUPA INDONESIA

Pertumbuhannya,seni rupa Indonesia tidak terlepas dari kebudayaan. Seni rupa Indonesia di awal pertumbuhanya tidak berdiri sendiri, artinya, seni rupa Indonesia hadir di tengah pertumbuhan cabang seni lainnya.Hal ini dikarenakan dalam kebudayaan Indonesia cabang-cabang seni berkembang secara bersama. Periodisasi sejarah seni rupa Indonesia dapat dibagi menurut tingkat peradaban bangsa Indonesia itu sendiri, yaitu seni rupa tradisional Indonesia, yang terbagi atas seni rupa zaman Prasejarah, seni rupa zaman Hindu-Budha, seni rupa zaman Islam, dan seni rupa modern Indonesia.

1. Seni Rupa Zaman Prasejarah
Kesenian dan Kebudayaan sebenarnya sudah ada sejak zaman prasejarah. Pada Zaman prasejarah, manusia belum mengenal tulisan, sehingga tidak ada bukti-bukti tertulis mengenai kehidupan manusia saat itu. Kita mengetahui adanya kebudayaan di zaman Prasejarah karena di temukannya benda-benda peninggalan.
Tidak ada yang tahu kapan awal dari zaman prasejarah, kapan manusia purba Indonesia ada. Tetapi, kapan masa Prasejarah berakhir akan lebih mudah di jawab, yaitu sejak ditemukannya peninggalan tertulis. Masa Prasejarah di Indonesia berakhir pada abad kelima Masehi, pada saat di temukannya prasasti Kutai di Kalimantan Timur.
Zaman Prasejarah di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua periode, yaitu : Zaman Batu, yang meliputi zaman Paleotikum, zaman Mesolitikum, zaman Neolitikum, dan zaman Megalitikum serta Zaman Logam.
Benda-benda peninggalan zaman Prasejarah diantaranya adalah berupa kapak genggam (chopper). Kapak genggam ini ditemukan di Pacitan, Parigi (Sulawesi), Gombong, Sukabumi, dan Lahat. Di Ngandong di temukan batu-batu indah yang disebut chalcedon dan alat-alat dari tulang ( bone culture). Alat-alat tersebut ditemukan pada lapisan Pleistosen atas.
Selain benda-benda tersebut, ditemukan juga karya seni lukis yang terdapat pada dinding gua Leang-leang di Sulawesi, berupa lukisan telapak tangan pada dinding gua, juga terdapat gambar seekor babi yang yang terluka.
2. Zaman Hindu - Budha
Pada periode Zaman Hindu - Budha ini, dapat dikatakan sebagai awal sejarah kebudayaan di Indonesia, sebab di zaman ini sudah terdapat peninggalan - peninggalan yang berupa tulisan - tulisan atau prasasti. sehingga apa yang terjadi saat itu dapat kita ungkap secara autentik. Awal zaman ini ditandai dengan berdirinya krajaan - kerajaan Kutai di Muarakaram, ditepi sungai Mahakam.
Peninggalan yang menonjol pada zaman Hindu - Budha adalah berupa Prasasti dan Candi - candi.Peninggalan zaman Hindu Budha antara lain : Kerajaan Tarumanegara ( Prasasti Ciaruteum, yang berupa batu kali bergambar telapak kaki, Prasasti Jambu, Prasasti Kebun Kopi yang berupa gambar telapak kaki gajah, Prasasti Tugu ), Kerajaan Sriwijaya ( Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Talang Tao, Prasasti Telaga Batu ), Kerajaan Mataram Kuno ( Prasasti Canggal di Gunung Wukir, Prasasti Dinoyo ), Candi - candi ( Candi Cangkuang di Leles, Garut, yang merupakan candi tertua di Jawa, di Jawa Tengah ada Candi Dieng, yang merupakan kumpulan beberapa candi yaitu : candi Bhima, Puntadewa, Dwarawati, Sumbadra, Arjuna, Semar dan Srikandi, Candi Gedongsongo yang terdapat di lereng Gunung Ungaran, Semarang, merupakan kumpulan sembilan candi kecil, Candi Pringapus di Gunung Sumbing dan Candi Selagriya di Gunung Sidoro, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut, Candi Borobudur, disini terdapat relief yang menceritakan perjalanan hidup Sang Budha, Candi Plaosan, Candi Sewu dan Candi Prambanan reliefnya menceritakan kisah Ramayana dan lain - lain. Sedangkan candi - candi di Jawa Timur antara lain : Candi Belahan, Candi Tikus, Candi Jolotundo, Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singosari, Candi Jabung, Penataran dan lain - lain.

Candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki perbedaan, antara lain :

Corak Jawa Tengah
1. Terbuat dari Batu gunung / Andesit
2. bentuk arca bertema dewa - dewa
3. Relief timbul dan realis
4. Bentuk candi melebar / gemuk

Corak Jawa Timur
1. Terbuat dari batu bata, andesit
2. bentuk arca melambangkan raja - raja
3. Relief datar, dekoratif
4. Bentuk candi kecil / ramping

3. Zaman Islam
Kebudayaan Islam masuk ke Indonesia sejak zaman kerajaan Majapahit, dibawa oleh para pedagang Islam dari Gujarat.
Karya Seni Rupa zaman Islam lebih dominan pada seni arstektur yang berupa masjid, makam, istana dan seni ukir seperti wayang, kaligrafi, batik dan keris. Obyek kebanyakan bersumber dari alam ( tumbuhan, manusia , hewan yang telah distilir, kerena ada faham yang tidak memperbolehkan melukis atau membuat patung yang mirip bentuk manusia atau hewan ).

4. Seni Rupa Modern Indonesia
Seni Rupa Modern Indonesia dirintis oleh Raden Saleh Syarif Bustaman, yang lahir di Terboyo, Semarang tahun 1807. Belajar melukis dari pelukis Belgia A.A.J. Payen. Kemudian melanjutkan belajar melukis di negeri Belanda atas biaya pemerintah Belanda ( 1829 )
Raden Saleh meninggal tanggal 23 April 1880 di Bogor.
Beberapa lukisan Raden Saleh antara lain berjudul : Sultan Hamengkubuana VIII, Antara Hidup dan Mati, Merapi Yang Meletus, Penagkapan P. Diponegoro, Berburu Banteng, Pertarungan antara Kerbau dan Harimau dan lain-lain.

Selanjutnya lahir Hindia Molek ( Mooi Indie ). Nama ini diberikan pada karya - karya yang bertemakan keindahan alam Indonesia dari kelompok ( mazhab )
“ Indisce Schilders “ ( pelukis - pelukis Belanda ) dari tahun 1920 - 1938. Mereka terdiri dari dua kelompok, yaitu pelukis pribumi ( Indonesia asli ) seperti : Abdullah Suryosubroto., Wakidi dan M. Pirngadi dan pelukis Eropa yang tinggal di Indonesia, seperti : Ernest Dezentje, Locatelli, R. Bonnet, Walter Spies, Le Mayeur, Adolfs, Jan Frank, Strasscher, dan lain - lain. Lukisan yang ditampilkan berkisar pemandangan alam, binatang, potret manusia. Zaman keemasan masa Hindia Molek adalah saat tampilnya pelukis Basuki Abdullah yang tidak lain adalah putra dari pelukis Abdullah Sr.
Pada tahun 1938 tepatnya tanggal 23 Oktober 1938 di Jakarta berdiri PERSAGI ( Persatuan Ahli Gambar Indonesia ) dengan ketuanya Agus Djaja dan sekretarisnya S. Sudjojono yang merupakan penggerak dari perkumpulan ini. Anggotanya antara lain : Pelukis Emiria Soenasa, Suromo, Surono, S. toetoer, Herbert Hutagalung, Otto Laksamana, Sumitro, Ateng Rusyan, Abdul Salam, Suaib Sastradiwirja. Pada tahun 1942 dengan masuknya Jepang di Indonesia, perkumpulan ini bubar.

Tahun 1946 di Yogyakarta berdiri SIM ( Seniman Indonesia Muda ) yang diketuai oleh S. Sudjojono. Mereka memiliki sanggar yang terletak di alun - alun utara. Anggotanya antara lain : Affandi, Hendra, Sudarso, Sudiardjo, Trubus, Setjojoso, Dullah, Kartono Yodhokusumo, Basuki Resobowo, Rusli, Harijadi, Suromo, Abdul Salam, Zaini, D. Joes.

Tahun 1947 berdiri Pelukis Rakyat yang anggotanya merupakan pindahan dari SIM, antara lain : Affandi, Hendra, Soedarso, Sudiardjo, Trubus, Setjojoso, Sasongko dan beberapa anggota baru, seperti : Kusnadi, S. Kerton, Rustamadji, Sumitro, Sujono, Saptoto dan C.J. Ali. Pada tahun 1948 mengadakan pameran patung modern yang diselenggarakan di Pedopo Wetan Museum Sono Budoyo Yogyakarta.

Tahun 1950, tepatnya tangal 15 Januari 1950 di Yogyakarta berdiri sekolah seni rupa yang pertama, bernama ASRI ( Akademi Seni RUpa Indonesia ) dengan Direkturnya yang juga sebagai pendirinya R.J. Katamsi. Termasuk pendiri ASRI adalah :
Hendra, Kusnadi, Sudarso dan Trubus. Pada perkembangannya ASRI menjasi Program S1 dan beralih nama STSRI ( Sekolah Tinggi Seni Rupa INdonesia. Kemudian pada tanggal 23 Juli 1984 menjadi ISI ( Institut Seni Indonesia ) Yogyakarta yang merupakan penggabungan dari AMI ( Akademi Musik Indonesia ), ASTI ( Akademi Seni Tari Indonesia ) dan ASRI.

Tahun 1973 terbentuk GSRBI ( Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia ), kelompok yang muncul atas dorongan kebebasan untuk berekspresi, karena adanya dogma yang dibuat para senirupawan - senirupawan perintis. Berbagai kritikan dan cemoohan maupun pujian mewarnai keberadaan kelompok ini. Anggotanya antara lain : Ris Purwono, S.Pinka, Anyool Soebroto, Satyagraha, Nyoman Nuarta, Pandu Sudewo, dede Eri Supriya, Jim Supangkat, Siti Adiyati Subangun, Bachtiar Zainoel, Nanik Wirna, Hardi, Wagiono, F.X. Harsono, Agus Tjahyono, Bonyong Munny Ardhi. Kelompok ini bubar tahun 1979.

Tidak ada komentar: